MEMBACA PC (BAG. 2)


Catatan A. Eddy Kristiyanto OFM

PC utamanya menggali dan mendalami pesan “Yosef dalam Kitab Suci”. Sekian banyak kutipan dan rangkaian penjelasan tentang ilmu tentang St. Yosef atau yosefologi. Selain Kitab Suci ada khazanah Patrologi yang dimanfaatkan, misalnya pemikiran St. Augustinus, Uskup Hippo, terutama karyanya yang berjudul Confessiones, selain itu St. Yohanes Chrisostomus juga mengenali St. Yosef sebagai  Juga, beberapa paus menghormati St. Yosef secara khusus, misalnya Paus Pius IX menghormatinya sebagai “Pelindung Gereja Katolik”; Paus Pius XII menghormatinya sebagai “Pelindung Pekerja”; Paus Yohanes Paulus II menghormatinya sebagai “Wali Penebus”. Malahan Katekismus Gereja Katolik menyebut St. Yosef sebagai Pelindung Kematian yang Bahagia.

Di dalam PC diungkapkan tujuh (mengapa tujuh saja dan lebih tidak kurang?) kebajikan dan keutamaan St. Yosef, yakni:

  1. Bapa yang Tercinta

Dengan menjadi pasangan Maria dan ayah Yesus, maka Yosef melayani – begitu kesaksian St. Yohanes Chrisostomus – rencana keselamatan. Ada sekian banyak tarekat, kongregasi, atau Oblat yang menempatkan St. Yosef sebagai bapa yang tercinta. Salah satu gerakan religius itu dapat diwakilkan kepada Theresia Avila yang berperan sebagai pembela, pengantara, penolong yang sering dimintai bantuan dalam hidup. Dalam praktik kesalehan populer St. Yosef didoakan/dinyanyikan pada Rabu dalam pekan dan selama Maret. Ungkapan “Pergilah kepada Yosef” mempertautkan dengan kisah Yusuf yang punya kisah di Mesir pada zaman Firaun.

  1. Bapa yang Lembut dan Penuh Kasih

Kebijakan Yosef yang lain terutama adalah kelembutan dan penuh kasih. Di tengah prahara kehidupan yang tidak menentu ini, St. Yosef mengajarkan suatu sikap hidup yang lebih luas, lebar dan bertahap. Diajarinya Yesus dalam hidup sehari-hari: berjalan, membawa dengan tangan, membungkuk untuk memberi makan, bekerja, dan lain sebagainya. Seluruh pengalaman itu perlu dilihat dlam kerangka tata keselamatan, yang perlu disikapi dengan dua cara, yakni melihat kelemahan kita dengan belas kasih dan kelembutan.

  1. Bapa yang Patuh

Yosef mengikuti kata-kata malaikat Tuhan dalam mimpi (Mat. 1:20-25). Yosef tidak akan mengekspos, menggelembungkan menjadi berita yang menghebohkan di Nazareth, atau memutuskan hubungan dengan Maria secara diam-diam. Tidak. Yosef menempuh jalan “fiat”-nya dengan “berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai isterinya.” (Mat. 1:24). Dengan begitu, misi jalan keselamatan terbuka dengan tugas kebapakan yang diemban Yosef dengan patuh setia.

  1. Bapa yang Menerima

Jalan yang utama bukan bagaimana menjelaskan, melainkan merima. Yosef menerima Maria tidak dengan mencari tahu segala sesuatu tentang peristiwa perkandungan Maria. Yosef tidak pasif dengan tetap menutup telinga dan hatinya, melainkan proaktif mendengarkan. Coba dengarkan kata-kata Paulus: “Kita tahu sekarang  bahwa Allah Turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” (Rom. 8:28). Jadi, dalam perspektif yang lebih besar dan luas atau mendalam, iman selalu memberikan makna atau arti dari pengalaman baik sedih maupun lara.

  1. Bapa yang Berani Kreatif

Kalau menyembuhan batin  itu pertama-tama mulai dari sikap menerima pribadi, memeluk hal-hal yang yang tidak kita sendiri pilih, maka langkah kedua yang perlu adalah berani kreatif, terutama saat kita menghadapi kesulitan. Kita tidak menyerah kalah, pergi, mutung, membanting pintu, atau mengunci diri di kamar melainkan terlibat. Sangat sering kesulitan merupakan sumber inspirasi yang luar biasa, sebab kita dipaksa untuk memerah isi kepala dan hati kita demi mencari solusi yang cerdas dan penuh hikmat. Jadi, kita harus seimbang: kepedulian dan tanggungjawab; mencintai sakramen dan amal kasih, Gereja dan orang miskin, Ibu dan anaknya

  1. Bapa yang Bekerja

Dalam Rerum Novarum (1891), Ensiklik sosial pertama dalam Gereja Paus Leo XIII memberi tempat pada St. Yosef sebagai pelindung para buruh, pekerja. Ada unsur jerih lelah, di samping kejujuran yang diperjuangkan. Semuanya untuk menyediakan bagi keluarga, komunitas, persekutuan. Dari Yosef, Yesus Kristus belajar nilai, martabat, sukacita, apa artinya makan roti daru buah hasil cucuran keringatnya. Dalam masa pandemi Covid-19 ini kita dipanggil untuk menentukan prioritas pilihan dan kerja kita. Terutama pada orang-orang muda dan di era new normal tidak ada lagi yang menyatakan “kami tidak memiliki pekerjaan”. Sebab siapa tidak bekerja, janganlah ia makan! (2 Tes. 3:10).

  1. Bapa dalam Bayang-Bayang

Jan Dobracsynski (1910-1994) dalam novelnya The Shadow of the Father (1977) menggambarkan Yosef sebagai pribadi yang mengawasi, melindungi, tetapi tidai pernah meninggalkan keluarganya dengan caranya sendiri. Yosef bertindak sebagai bapa seumur hidupnya. Dan menjadi bapak tidak pernah dilahirkan, melainkan dibuat dengan sengaja. Seorang laki-laki tidak menjadi seorang Bapa hanya dengan lahir di dunia, melainkan dengan mengambil peran dan tanggungjawab merawat anak. Hendaklah senantiasa diingat, bahwa yang ada pada kita hanyalah “tanda” yang menunjukkan kebapakan yang lebih besar, yakni Allah sendiri. Kita semua seperti Yosef yang adalah bayangan Bapa Surgawi. Bayangan yang mengikuti Putera-Nya. ****