Patris Corde


Salah satu orang kudus yang sungguh saya kagumi sebelum saya masuk biara adalah Santo Yosep. Kebetulan nama sekolah SMA saya adalah Santo Yosep. Di pintu masuk utama sekolah ada patung Santo Yosep. Kami dibiasakan setiap kali melewati pintu utama itu, memegang patung itu. Membuat tanda salib lalu berdoa.

Dalam tradisi di Timor Leste, memegang patung orang kudus dan membuat tanda salib adalah suatu kebiasaan. Tak heran, bila Santo Yosep adalah salah satu nama yang saya pilih untuk menjadi nama suster. Meski saat itu saya belum mengenal lebih dalam.

Tahun ini Paus Fransiskus mengeluarkan ensiklik tentang St. Yosep, “Patris Corde” Dikupas secara mendalam. Bahkan, menjadi tema retret tahunan para suster FSGM.

Saya membaca. Merenungkan. Semakin mengenal pribadi Santo Yosep. Saya merasa kaya dengan spiritualitas santo yang satu ini.

Saya kagum dengan pribadinya yang hening. Tak banyak bicara. Dalam kitab suci ditulis, Yosep tidak berbicara apa pun. Ia seorang bapak tukang kayu yang sayang pada Anak dan istrinya. Hidupnya taat pada kehendak Allah.

Ia menjadi pelindung bagi Maria. Yosep setia dalam menghadapi segala rintangan yang ada. Kreatif mencari cara untuk kelangsungan hidup keluarga Nazareth. St. Yosep digambarkan sebagai “Bapa dalam bayang-bayang.” Ia mewakilkan kasih Allah kepada keluarga Nazaret dan semua pengikut Kristus.

Yang saya ingin tiru teladan hidup St. Yosep adalah:

Pertama, sosok tanpa kata. Tetapi ia dipilih sebagai tokoh utama dari rencana keselamatan Allah bersama dengan Bunda Maria.

Kedua, iman yang dalam. Relasinya dengan Allah Bapa seperti sahabat. Berkomunikasi untuk tahu arah jalan menjaga Maria dan Sang Putra.

St. Yosep adalah tokoh utama yang berperan bersama Maria dalam karya keselamatan Tuhan. Sebab pada awal panggilannya untuk melayani keluarga Nazaret, ia mengorbankan banyak hal dalam hidupnya. Penuh cinta membuat keluarga Nazaret merasa dilindungi meski situasinya kurang baik dan kurang nyaman. Maria dan Yesus merasa damai karena dilindungi. Ia juga berkomunikasi dengan Tuhan melalui mimpi dan doa. Semua yang diperintahkan Tuhan, dilaksanakan tanpa ragu-ragu. Ini keutamaan St. Yosep yang menjadi bekal untuk hidup membiara saya.

Bunda Maria tidak sendiri untuk melayani Yesus.  Allah memanggil Yosep untuk menjaga mereka seperti dalam kisah di Injil Matius ketika raja Herodes hendak membunuh bayi Yesus, Yosep mendengar Sabda Allah melalui mimpi. Tanpa ragu mereka pergi ke Mesir. Perjalanan jauh. Lapar. Lelah. Tanpa tempat penginapan. Seperti orang asing. Bahasa dan lingkungan berbeda. Tetapi Yosep melakukan semuanya itu dengan cinta dan penuh kesabaran.

Kisah Injil ini ini mengingatkan kepada saya bahwa Yesus yang adalah anak Allah, diselamatkan oleh St. Yosep dan Bunda Maria dengan cara manusiawi, yaitu mereka mengungsi di Mesir.

Satu pertanyaan muncul dalam benak saya, Yesus adalah anak Allah. Ketika raja Herodes hendak membunuh, mengapa Allah Bapa tidak mengambil alih dengan mengadili raja Herodes seperti menghukum atau membunuhnya? Supaya anak Allah tetap dalam situasi yang nyaman. Tetapi Allah Bapa tidak melakukan itu. Ia menyelamatkan Yesus melalui seorang manusia yaitu Bapa Yosep dan Bunda Maria secara manusiawi.

Maka bila saya mengalami kesulitan, bukannya minta pada Tuhan untuk menjauhi kesulitan dan penderitaan itu. Tetapi dengan bantuan rahmat Tuhan, agar saya berkreatif mencari solusi dengan penuh iman dan kesabaran.

Saya juga bersyukur diberi seorang ayah seperti St. Yosep. Ia begitu sayang pada kami. Melindungi. Bertanggungjawab. Kreatif dalam memberi nafkah kami. Sehingga saya dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga yang bahagia. ***

Sr. M. Rita