Catatan A. Eddy Kristiyanto OFM
Satu hal yang pasti dibutuhkan oleh bangsa manusia adalah keadilan. Bahkan lebih tajam lagi, bukan perdamaian yang pertama-tama dibutuhkan, melainkan keadilan. Sebab di mana-mana dan kapan pun perdamaian itu “hanyalah” hasil dari keadilan. Maksudnya, di mana ada keadilan yang merata di sana perdamaian menjadi buahnya. Orang mengatakan, “Work for justice is work for peace.” Jadi, primat utama hidup bersama adalah keadilan.
Baik dulu maupun sekarang, baik di Palestina maupun di Indonesia diperjuangkan keadilan. Bentuk perjuangan keadilan itu beragam dan bermacam-macam. Namun esensi yang diperjuangkankan boleh dikatakan sama.
Jika Yesus dari Nazaret sekitar dua ribu tahun yang lalu memperjuangkan “keadilan Allah”, apa yang diperjuangkan oleh Muhammad Rizieq Shihab? Tidak terlalu salah, kalau dikatakan, hal yang diperjuangkannya adalah keadilan.
Para pembaca catatan ini saya peringatkan untuk tidak terjebak pada diksi simplistik dengan menyamakan saja Yesus Kristus dengan Muhammad Rizieiq Shihab? Pasti ada perbedaan antara pribadi Guru Kehidupan dari Nazaret dengan Habib dari Petamburan.
Saya hanya mau menegaskan ada ikhwal keadilan yang sama-sama diperjuangkan oleh keduanya, namun di dalam kesamaan itu ada yang berbeda, bahkan bertentangan. Saya memakai pendekatan perbandingan supaya duduk perkaranya agak terang, meski tidak akan bisa sepenuhnya gamlang.
Ketika Yesus masuk kota Jerusalem terdengar alunan:
Di kala Yesus disambut di gerbang Jerusalem,
Umat bagai lautan dengan palma di tangan,
Gemuruh sosak dan sorai
Kristus Raja Damai.
Jerusalem, Jerusalem,
Lihatlah rajamu.
Hosana terpujilah
Kristus Raja Mahajaya
…………
Bagaimana yang terjadi pada 10 November 2020, Hari Pahlawan, ketika Habib Rizieq Shihab memasuki Jakarta? Sekian banyak pendukungnya menyemut, menyambut Sang Revolusioner Akhlak.
Bagaikan pembebas yang kembali dari dari pembuangan beliau dielu-elukan oleh para pendukungnya sampai detik ini.
——————————————-
Semua orang mendambakan dan mengharapkan keadilan. Kunci utama yang membedakan sikap Guru Kehidupan dari Nazaret bersama para murid-Nya dengan Habib Rizieq dari Petamburan terutama adalah cara atau jalan yang ditempuh, yang bukan hanya berbeda, tetapi malahan bertentangan.
“Masih tersediakah energi pada diri para murid-Nya untuk bersaksi tentang jalan keadilan yang digumuli oleh Sang Guru Kehidupan dari Nazaret?”
Jakarta, 28 Maret 2021