Catatan A. Eddy Kristiyanto OFM
Kepada saudari-saudara saya sampaikan, “Selamat Hari Raya Paskah” dan Semoga Tuhan Memberkati Kita Sekalian!!
Pada kesempatan istimewa ini, izinkanlah saya merekonstruksi kabar sukacita Markus 16:1-8, yang diperdengarkan pada Malam Vigili Paskah dan Minggu Paskah 2021.
==================================
Kita dapat sepenuhnya mengerti kondisi dan situasi para murid Kristus, setelah Tuhan dan Guru Kehidupan dari Nazaret disiksa, dibunuh, dihabisi, dan dikuburkan. Semua serba-tidak-tentu. Campur aduk: ada putus asa, ada rasa takut, ada kekhawatiran. Semua jadi satu.
Bisa dimengerti, para murid Kristus merasa kehabisan segala-galanya; dan sepertinya tidak ada yang tersisa mulai hari ini. Harapan mereka akan kebenaran kata-kata Sang Guru telah kandas.
Kemudian, kerygma atau kesaksian iman yang diabadikan oleh Penginjil Markus sangat dahsyat. Kerygma itu menyatakan semua yang perlu untuk hidup beriman di dalam kekristenan.
==================================
Saya hendak menyoroti beberapa aspek (secara sangat terbatas), yang mendesak dan perlu untuk atas hidup kita sebagai insan beriman.
Injil Suci menyatakan nama para murid Kristus itu: semua perempuan. Semua menyiapkan segala yang perlu untuk menjumpai jasad yang terbujur di pemakanan. Semua serba menyuarakan sikap hati keperempuanan, yakni kepedulian, kecekatan, keteguhan, ketidakkuatan. Semua demi yang terbaik.
Kemudian, Injil memakai sifat dasar insani, yakni “takut”, untuk membungkus pesan utama, yakni Yesus dari Nazaret yang tersalib itu sudah bangkit. Pesan ini menjadi kabar baik yang luar biasa. Tetapi kabar baik itu belum berdampak, selain ketakutan.
Lalu, pemuda berjubah putih itu menyuruh mengabarkan kepada murid-murid Yesus; dan Galilea menjadi tempat penggenapan kata-kata Yesus. Sekali lagi, ketakutan itu seakan membisukan para perempuan itu.
======================================
Kerygma atau pewartaan serta kesaksian Injil Markus ini padat dan berdampak dahsyat. Injil tidak menceritakan bagaimana Allah Bapa membangkitkan Yesus dari kubur.
Itulah sebabnya, kebangkitan adalah peristiwa iman, yang bersifat meta-sejarah. Sebab kebangkitan itu melampaui peristiwa historis. Meskipun demikian, dampak dan akibat kebangkitan-yang-tidak-dapat-dibuktikan-secara-historis, itulah yang sangat luar biasa.
Bahwasanya Yesus yang dibangkitkan oleh Allah Bapa kemudian menampakkan diri, makan ikan, hadir di antara para murid sementara pintu-pintu terkunci, menyertai para murid di tengah perjalanan, bahkan lebih besar lagi dalam sejarah Kekristenan ……. dslb. dlsb. merupakan dampak dan akibat kebangkitan Kristus.
Untuk sementara saya perlu membatasi diri dengan menyatakan: peristiwa kebangkitan Yesus membuat para murid yang semula takut berubah menjadi kehidupan yang penuh harap.
Dengan kata lain, dampak iman akan kebangkitan adalah perubahan atau transformasi kehidupan ke yang lebih baik, yang lebih terukur, lebih dialami, dan lebih nyata.
Saya menutup percikan pemikiran ini dengan cerita pendek:
Theresia Jumilah diketahui baru saja mengalami pertobatan mendalam. Seorang kenalannya, bernama Kaslan, menemuinya dan bertanya: “Saya dengar kamu barusan bertobat. Coba jelaskan kepadaku: Apakah Yesus dulu pernah pilek? Apakah Dia pernah tersenyum? Apakah Dia pernah mabuk?”
Jawab Theresia, “Pengetahuan saya tentang Tuhan cetek banget. Dan aku gak bisa menjawab pertanyaanmu. Namun satu hal yang pasti: Dulu saya egois, dan setelah mengenal Yesus saya meninggalkan sikap egois itu dan melayani sesama dengan ikhlas; dulu saya suka mencuri dan mengutil, kini tidak sama sekali. Dulu saya demen ngegosip, kini lebih banyak bicara hal-hal positif. Dulu cari popularitas, sekarang low profile. Dulu saya pendendam, tetapi setelah bertamu dengan Tuhan Yesus saya menjadi pemaaf dan berupaya untuk mengerti sesama. Jadi, Tuhan Yesus memperbarui iman saya, bahkan saya melihat kebangkitan-Nya.”****
Sekali lagi, Selamat Paskah 2021!