Kita sering mendengar kalau Liturgi Ekaristi agama Katolik itu membosankan. Maka, banyak umat Katolik yang ‘jajan’ di Gereja Orang Kristen. Apalagi kalau pastornya tidak pandai berkotbah. Tidak menarik. Membosankan. Membuat orang mengantuk. Bahkan, sampai ada yang tertidur.
Padahal, Perayaan Ekaristi itu yang paling utama bukanlah terletak pada khotbahnya. Maka, ikutilah Misa Kudus dari awal hingga akhir. Bukan hanya karena mau mendengarkan khotbah romonya. Tetapi karena ingin berjumpa dengan Kristus, junjungan kita.
Tak terpisahkan
Kristus, Imam Agung, yang mengadakan perjamuan suci itu. Bukan perjamuan kanibalis, seperti yang dikatakan banyak orang; kalau orang Katolik itu makan dan minum darah manusia.
Memang Kristus sendiri yang memberikan tubuh-Nya untuk kita makan agar kita hidup dan selamat.
Dalam Perayaan Ekaristi, meski imamnya berdosa, Tuhan sendiri yang melakukan dan mengorbankan Perayaan Agung itu. Maka, jangan memandang sisi manusiawinya. Imam bisa saja banyak melakukan dosa dan kelemahan. Tetapi pandanglah kuasa imamatnya. Hanya lewat tangan imam, roti kecil putih diubah menjadi tubuh dan darah Kristus yang tak ternilai harganya.
Perayaan Ekaristi adalah Perayaan Suci. Maka bila kita melihat jauh ke dalam diri kita, apakah saya pantas menerima tubuh dan darah Kristus. Kita perlu datang ke pastor untuk mengaku dosa.
Bila kita melakukan dosa publik, kita harus menyelesaikan secara publik. Dan bila kita bermusuhan dengan sesama, kita harus berdamai terlebih dahulu. Perayaan Ekaristi adalah Perjamuan Persatuan. Persaudaraan. Cintakasih. Kerahiman Tuhan. Suci.
Allah kita sungguh Maha Rahim. Ia ingin memeluk kita yang berdosa ini. Tak pantas. Tetapi, Ia tidak merasa jijik. Bahkan, dengan rendah hati Ia meminta kita untuk makan dan minum tubuh-Nya sendiri.
Tuhan ingin kita bersatu dengan-Nya. Membuat kita menjadi bagian tak terpisahkan dari hidup-Nya. Ini yang tidak dimiliki oleh orang lain. Betapa kita bersyukur untuk itu. Rasa syukur itu sungguh ditandaskan oleh Mgr. Yohanes Harun Yuwono dalam sarasehan liturgi agar umatnya semakin mencintai Perayaan Ekaristi.
Indahnya Perayaan Ekaristi
Bila kita sungguh-sungguh mengikuti Perayaan Ekaristi kita akan menemukan keindahan. Di mana indahnya?
Sejauh perayaan itu dirayakan secara sah, legal. Sejauh orang-orang yang merayakannya itu memiliki moralitas, kebaikan, dan niat-niat yang baik untuk merayakannya. Begitu yang diungkapkan oleh Rm. Indro Pandego Pr.
Bulan Liturgi
Arah Dasar Keuskupan Tanjungkarang tahun 2021 ini adalah Tahun Ekaristi. Maka,pada bulan Mei, Bulan Liturgi Nasional, Tim Tribunal bersama Tim Komisi Liturgi Keuskupan mengadakan gerakan bersama. Mereka berkeliling ke paroki-paroki guna menjawab kerinduan umat.
Tema yang diusung adalah: ‘Memetik Keindahan Ekaristi’. Hadir sebagai narasumber: Rm. Indro Pandego Pr dan Rm. Petrus Tripomo Pr. Selain itu, Uskup Tanjungkarang, Mgr. Yohanes Harun Yuwono.
Rm. Indro Pandego Pr memaparkan tentang keindahan Ekaristi dari spiritualitas pastoral. Sementara Rm. Petrus Tripomo Pr dari sudut liturgi dan Tata Perayaan Ekaristi yang baru.
Sarasehan liturgi yang ke tiga ini diadakan di aula Paroki St. Petrus, Kalirejo, Lampung, Kamis, 20 Mei 2021. Dihadiri 45 peserta. Mereka adalah perwakilan dari Paroki Gisting, Sukoharjo, Pringsewu, dan Kalirejo. ***
M. Fransiska FSGM