Perjalanan Kasih 1


By. Sr. M. Pauli FSGM

Awal Agustus 2021

Hari ini terakhir dalam bulan Juli 2021. Bulan yang cukup padat, merayap dengan aneka agenda dan kegiatan. Minggu terakhir bulan ini saya menyelesaikan webinar orang tua SMP Fransiskus Tanjungkarang, Bandarlampung.

Tanggal 28 sore saya meluncur menuju Gisting. Hari berikutnya adalah hari doa lintas agama dan Misa Kudus se Yayasan Dwi Bakti Bandarlampung dan Jakarta.

Dalam doa lintas agama se yayasan ini, hatiku meluap dengan syukur dan terimakasih atas segala berkat yang Tuhan limpahkan. Saya terharu menyaksikan pemandangan di rumah-rumah dan keluarga anak-anak dan orang tua yang semua tekun berdoa dengan ujud yang sama; agar pandemi segera berlalu. Anak-anak duduk bersimpuh di lantai, berlutut, dan aneka bentuk. Ada yang memejamkan mata, mengatupkan kedua tangan, dan menyembah. Orang tua membimbing dan membantu anak-anaknya berdoa, dan ikut berdoa. Pemandangan yang teramat indah di tengah situasi dunia yang memprihatinkan dengan aneka tawaran dan pesona.

Sore itu, pemandangan yang kulihat dan kusimak di media sosial adalah pemandangan kasih dan sukacita, damai dan bahagia.

Hari jumat pagi dan sabtu pagi aku berkebun. Memindahkan bunga-bunga indah pemberian Sr. M. Anselina ke dalam pot yang lebih sesuai, agar bunga-bunga itu dapat tumbuh dengan lebih leluasa.

Setelah webinar dan novena St. Yusuf, badan saya mulai merasa panas. Saya tidur hingga petang, doa sendiri dan makan sendiri. Demikian juga dengan hari minggu. Saya mulai pilek dan batuk. Ada pikiran terbersit dalam hati saya, jangan-jangan saya terpapar.

Namun pikiran itu saya buang jauh-jauh. Saya berusaha untuk aktifitas seperti biasa. Hingga hari senin sore, saya akhirnya minta ijin untuk isolasi mandiri demi kesehatan para suster yang lain dalam komunitas. Dan hari Selasa saya tes antigen. Hasilnya positif. Dan saya sudah siap dengan koper menuju komunitas Mater Dei dengan ambulance untuk menjalani isoman.***