Voucher Gratis dari Allah


By. Sr. M. Aquina

GRATIS…..!!!

Kita tentu tidak asing lagi dengan kata “gratis”. Bukan hanya tidak asing lagi, melainkan sangat akrab dan menyukainya. Diskon saja kita suka, apalagi gratis. Namun, marilah kita melihat kata ‘gratis’ secara lebih mendalam. Ada ungkapan dalam bahasa Latin yang bunyinya: “gratis accepistis gratis date” yang artinya “kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma”. Jadi, “gratis” = “cuma-cuma”.

Mari kita telusuri kembali, apakah kata ‘gratis’ hanya berhenti pada arti ‘Cuma-cuma’? Kata “gratis” berasal kata “gratia”, yang artinya “rahmat”. Jadi, apa pun yang kita terima secara “cuma-cuma” atau “gratis”, sebenarnya adalah “rahmat”. Hidup kita, tubuh kita, waktu, dan banyak hal lain, kita terima secara gratis dari Tuhan. Artinya, itu semua adalah rahmat.

Sadar atau tidak, rahmat Allah itu senantiasa melekat pada diri dan hati kita. Hanya saja yang seringkali menjadi permasalahan adalah  apakah kita selalu peka dan terbuka akan rahmat Allah itu. Tentu jika kita sadar dan peka, kita akan mampu menyalurkan rahmat itu kepada sesama. Dan ini menjadi suatu kewajiban dan tugas yang harus kita lakukan, sebab Allah pun telah memberikan rahmatnya secara cuma-cuma kepada kita. Rahmat apa pun yang diberikan kepada kita, bukan hanya untuk kita manfaatkan sendiri, tetapi mesti kita gunakan juga untuk merahmati orang lain.

Rahmat atau karunia merupakan pemberian cuma-cuma dari Sang Pemberi. Demikian ‘hidup’ sukacita merupakan rahmat, sukacita yang dihayati sebagai pemberian cuma-cuma atau gratis dari Sang Pemberi, yakni Tuhan sendiri. Kita memperoleh pembenaran berkat rahmat Allah. Tuhan dalam kerahiman-Nya, mengangkat kita menjadi anak-anak-Nya (bdk.Rom.8:14-17), dan memberikan pertolongan sukarela agar kita mengambil bagian dalam kodrat ilahi (bdk. 2 Ptr 1:35).

”Kamu harus membayar untuk segala sesuatu di dunia ini, dengan cara apa pun. Tidak ada yang gratis, kecuali anugerah Tuhan.” Penggalan kalimat ini saya kutip dari film ”True Grit”.

Kata ‘anugerah’ Tuhan yang kita terima sama artinya dengan ‘rahmat’ yang juga akan menolong kita dalam menerima orang lain, sebagaimana adanya orang itu. Kita akan belajar untuk bersabar dan mengampuni orang lain, sebagaimana Tuhan telah memperlakukan kita. Sama seperti anugerah Tuhan yang selalu baru bagi kita, maka kita juga perlu untuk memperbarui kasih kita terhadap sesama.

Bagaimana caranya? Yakni dengan melakukan KEBAIKAN. Setiap orang adalah penyalur kebaikan. Sejak manusia diciptakan, Allah telah menanam benih kebaikan dalam diri setiap  manusia, dan hal ini tidak akan pernah diambil oleh Allah. Kebaikan itu mengalir dan menghidupkan manusia. Kebaikan yang kita sebarkan akan menghasilkan “kebaikan yang berlipat ganda” bagi orang lain.

Begitu banyak rupa KEBAIKAN yang dapat kita lakukan dan  bagikan kepada sesama dalam kebersamaan. Kita percaya, bahwa kepandaian, kecakapan, dan keterampilan apa pun merupakan bagian karunia Allah yang diberikan kepada kita ketika Allah menciptakan manusia menurut citra-Nya.

Sikap murah hati dalam berbagi kebaikan tak kan membuat yang berbagi itu kekurangan. Malah ia akan berkelimpahan. Karena kebaikan yang dibagi, akan berlipat ganda dan kembali kepadanya dalam bentuk kebaikan yang lain. Misalnya saja, Tuhan menganugerahi kita talenta untuk bermain musik. Dan ketika itu, ada teman kita yang ingin belajar bermain musik. Bila kita dengan penuh sukacita membagikan kemampuan yang kita miliki, kita akan semakin diperkaya, sebab dengan membantu teman dalam belajar secara otomatis akan membuat kita semakin mahir dalam bermain musik.

Jadi, semua yang Tuhan hadirkan dalam hidup kita adalah bagian dari rahmat Tuhan. Rahmat itu terselubung dalam kejadian, sehingga hanya dapat dipahami dalam terang iman lewat refleksi sehari-hari. Rahmat yang Tuhan tawarkan mungkin tidak akan nampak seperti merpati atau pun lidah-lidah api, melainkan segala sesuatu yang dapat kita bagikan kepada sesama, yang membawa kasih, kebaikan, kebenaran, kebahagiaan, dan keselamatan di dalam Tuhan. Kepandaian, kecakapan dan keterampilan merupakan bagian dari karunia Allah, yang diberikan  Allah ketika menciptakan manusia menurut citra-Nya.

Semoga, kita semakin bertumbuh menjadi manusia kasih, manusia penyalur kebaikan ilahi di manapun berada. Kita bersikap rendah hati dan inklusif, sehingga mampu melihat kebaikan Allah pada sesama, dan bersinergi menjadi penyalur rahmat Allah kepada siapa pun, di mana pun dan dalam keadaan apapun. Marilah kita mengalirkan rahmat yang kita miliki, janganlah kita terima sendiri karena ada satu titik di mana kita tak akan pernah bisa menampung rahmat/berkat itu lagi. Indahnya semangat berbagi rahmat dan belaskasih Tuhan. ***