Aku dan Allahku


By. M. Fransiska FSGM

Ketika memandang Yang Tersalib, saya sering bertanya dalam hati, “Tuhan, apakah Engkau pernah merasakan bahwa aku mencintai-Mu?”

Yah, bukannya aku meragukan cinta Tuhanku. Akan tetapi justru sebaliknya, apakah Dia, yang kuikuti secara khusus selama hidupku ini, pernah merasakan bahwa aku sungguh mencintai-Nya?

Tak terasa hari bergulir begitu cepat. Dari menit ke menit. Dari musim yang satu beralih ke musim yang lain. Hingga puluhan tahun aku menjadi mempelai-Nya.

Banyak hari-hari yang kulewati begitu saja. Terkadang saya kurang menyadari tentang kasih cinta-Nya. Rahmat berlimpah yang tercurah, tidak saya balas dengan cinta yang tulus.

Ketika aku jatuh terpuruk dalam dosa, Allahku tidak berubah. Ia tetap sama. Cinta-Nya tak pernah pudar sedikit pun. Allahku tidak pernah memalingkan wajah-Nya daripadaku. Justru Ia ingin agar aku kembali pada-Nya.

Ah.. ada-ada saja cara Tuhan mengingatkan agar jalan-jalanku tetap terarah pada-Nya.

Banyak hal aku belajar dari Sang Guruku itu. Tentang cinta,  pengampunan, kerendahan hati, pengosongan diri. Entah apa lagi. Tak mungkin aku sebut satu-persatu. Pelajaran itu kuterima dari Firman-Nya. Dan dari pengalamanku sehari-hari.

Begitu banyak rahmat yang melimpah dalam hidupku. Hari-hari baik, semangat, dan sukacita mewarnai perjalanan hidupku. Semua menjadi ucapan syukurku. Akankah rasa syukurku dapat berubah ketika suatu saat nanti hari-hari tidak bersahabat menemaniku?  Atau ketika aku jatuh sakit, kecewa dan terluka. Apakah cinta dan rasa percayaku pada Allahku tetap akan sama.

Seperti yang tertulis dalam kitab Ayub 2:10, Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk? ***