Kurun waktu sekitar dua setengah tahun, perlahan namun pasti, umat Stasi St. Maria, Pajarmataram, Lampung Tengah bersama warga masyarakat sekitar bergotong-royong membangun rumah Tuhan. Selasa, 25 Juni 2019, Gereja yang indah itu diberkati oleh Uskup Yohanes Harun Yuwono.
Mimpi mereka akhirnya terwujud. Kini, mereka memiliki gedung gereja yang indah dan kokoh. Gedung gereja lama yang dibangun sejak tahun 1974 memang belum pernah direnovasi dan sudah tidak dapat lagi menampung umat stasi yang berjumlah 420 KK ini. Alasan itulah, umat desa Pajarmataram, yang sebagian besar petani ini, bertekad membangun gereja.
Setelah siap membangun, di sekitar kompleks gereja itu, tidak pernah sepi. Setiap pagi sampai sore, dari bapak hingga anak-anak, bekerja giat bergotong-royong membangun gereja. Tak ketinggalan kaum ibu memasakkan makanan dan membuatkan minuman agar stamina para pekerja bangunan tetap terjaga. Suasana guyub inilah yang membuat mereka bersemangat dan bersukacita dalam bekerja.
“Lha, ‘kan sudah diberi contoh yang baik oleh Rm. Saryanto dalam membangun gereja. Romo itu bekerja dengan gigih, rajin, tidak mengenal lelah, kehujanan dan kepanasan, sampai badannya hitam semua, hahaha… Semua pekerjaan dikerjakannya, dari yang kasar sampai yang halus,” tutur Ketua Panitia Pembangunan Gereja, Andreas Warsito.
Tak hanya tenaga yang tercurah, setiap bulan umat stasi ini dengan rela menyisihkan hasil ladangnya. Mereka memberikan dari keterbatasan dan kekurangan demi mewujudkan mimpi memiliki rumah ibadat yang baru, yang lebih luas dan nyaman untuk berdoa.
Doa-doa dari orang-orang yang sederhana ini terus dipanjatkan. Mereka memohon keselamatan, kemurahan hati Allah agar pembangunan dapat terus berjalan sesuai kehendak-Nya.
Lintas Iman
Sejak awal pembangunan gereja dimulai Pastor Paroki Stasi St. Maria Pajarmataram, RD. Paulus Saryanto menyebut sebagai pembangunan gereja toleransi. “Dulu saya spontan mengatakannya begitu,” ujar Rm. Saryanto. Pastor kelahiran Girijaya, 11 Juli 1969 ini melihat rangkaian proses pembangunan dari awal hingga upacara peresmian, banyak yang terlibat lintas agama.
Lalu Rm. Saryanto menjelaskan, arsitek bangunannya penganut agama Budha, bernama Suryadi, tinggal di Jakarta. Kepala Desanya, muslim, namanya Supriyanto, sibuk mengurus surat-surat perizinan bangunan dan meminta tanda-tangan persetujuan masyarakat, juga sebagai donatur pembangunan gereja. Ada juga donatur yang beragama Hindhu, yakni: Komang Khoreri. Tak ketinggalan Dinas Kesehatan, Edy Sunarko, seorang pendeta, yang turut pula ambil bagian.
Kerjasama lintas iman ini tentu sangat mengharukan dan menumbuhkan rasa bangga seluruh umat khususnya dalam sanubari Uskup Tanjungkarang, Mgr. Yohanes Harun Yuwono, sebagai Ketua Komisi Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan KWI.
“Saya mengucapkan terimakasih yang mendalam untuk Gereja Stasi St. Maria Pajarmataram ini. Penampakan dari luar, gereja ini adalah gereja yang terindah di Keuskupan Tanjungkarang, hasil kerjasama dari semua pihak. Kerjasama lintas agama ini sungguh nyata terjadi di sini. Kita semua adalah saudara. Sesuai dengan motto tahbisan saya, ‘Tuhan tidak membeda-bedakan orang,” ujar Uskup Harun sambil tersenyum.
Yang Terindah
Selasa pagi itu pintu-pintu gereja Stasi St. Maria Pajarmataram ditutup dan dikunci. Sejak pukul 08.00 umat berkumpul di halaman gereja. Tepat pukul 09.00 perarakan Bapa Uskup, Para Pastor, dan Misdinar, dari balai pertemuan menuju tempat umat berkumpul.
Tepat di muka pintu utama gereja diadakan penyerahan gedung gereja berupa: buku administrasi keuangan, catatan sejarah pendirian gereja dan kunci gereja. Penyerahan itu dari Ketua Panitia Pembangunan Gereja kepada Uskup.
Kemudian Bapa Uskup memberikan kunci itu kepada pastor paroki dan memintanya untuk membuka pintu gereja. Upacara pemberkatan Gereja St. Maria ini bernuansa Jawa. Kor diiringi dengan memakai musik gamelan. Di akhir Perayaan Ekaristi diadakan penandatanganan prasasti oleh Uskup.
Usai Perayaan, Bapa Uskup, para romo, dan Dewan Pastoral Paroki di minta naik ke balkon menara atas untuk mengikuti upacara seremonial, yakni: pelepasan balon dan burung merpati.
Acara dilanjutkan dengan ramah tamah. Hadir dalam acara ini: Kepala Dinas Kesehatan Lampung Tengah, Edy Sunarko, Anggota DPD RI Perwakilan Lampung, Anang Prihantoro, Anggota DPRD Propinsi Lampung, Komang Koheri, Camat, para tokoh masyarakat, Pemuda Lintas Agama. Dan, dihadiri sekitar 1.100 umat.
Acara ramah tamah ini menampilkan: Tari Sigeh Pengunten, musik angklung, Tari Candi Ayu dan Tari Blekidot, dan beberapa acara hiburan lainnya. Malam hari diadakan pertunjukkan ketoprak. Di meja prasmanan beberapa ibu berjilbab melayani para tamu undangan. Satu hari sebelum puncak acara ini, Senin malam, 24 Juni 2019, diadakan kedurian, mengundang lingkungan masyarakat muslim sekitar 50 orang.
Gereja terindah di keuskupan Tanjungkarang ini, seperti yang dikatakan Uskup Harun, yang merupakan hasil kerjasama semua pihak lintas agama masih harus terus berjuang dalam peziarahannya. “Semoga terus menjadi yang paling indah dan harmonis, umat tetap kompak, semangat gotong-royong dipertahankan, menjalin persaudaraan dengan siapa pun, dan tentunya gedung gereja dirawat,” harap RD. Saryanto.***
M. Fransiska FSGM
[Best_Wordpress_Gallery id=”90″ gal_title=”Gereja Pajarmataram”]