Catatan A. Eddy Kristiyanto OFM
Catatan pendek berikut ini tidak hendak memberikan pengajaran baru. Sebab isi dan konsekuensi pengajaran tentang “Yesus pokok anggur yang benar dan kitalah ranting-rantingnya” (bandingkan Yohanes 15:5) sudah tidak asing bagi kita. Juga, perihal seorang murtadin, yakni Paulus yang menjadi pengikut Kristus, yang hendak dibunuh oleh orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani (lihat Kisah para Rasul 9:29) sudah kita ketahui awal, tengah, dan akhirnya.
Catatan ini saya maksudkan untuk membeberkan sesuatu yang lain, yang saya duga belum kalian ketahui sepenuhnya. Pembeberan unsur ini selain bersumber pada tindakan yang diprofleksikan dan dieksplorasikan, juga merupakan endapan dan penyaringan tindakan berdasarkan kaidah-kaidah kebenaran.
Apa itu kaidah-kaidah kebenaran? Dan apa itu sumber tindakan yang menjadi humus bagi hidup yang kian bermakna bagi sesama? Pertanyaan-pertanyaan itu berawal dari pembacaan nas berikut ini, “Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran.” (1 Yoh. 3:18). Itulah sebabnya, judul catatan ini: Dengan (perbuatan) dan Dalam (kebenaran).
====
Saya tak hendak bergegas menjawab pertanyaan tersebut secara to the point. Akan tetapi saya akan menampilkan pemerian (atau deskripsi), yang maknanya akan ditemukan oleh siapa pun yang terbuka dan mencari secara kreatif.
====
Dalam hidup bermasyarakat sekurang-kurangnya diperlukan empat hal ini, jika aktivitas kita semua dimaksudkan punya makna bagi kehidupan bersama. Mari kita simak bersama!
Pertama, bekerja dengan keras. Tidak ada suatu hasil apalagi yang bernilai tinggi, berprestasi hanya dengan mengharapkan pada peruntungan dan stel kendur. Maksud dari bekerja keras (hard work) adalah mengerahkan semua daya kemampuan dengan sungguh-sungguh untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang ditetapkan di awal.
Kedua, bekerja dengan cerdas. Artinya menggunakan daya nalar, pikiran, akal budi seminimal mungkin untuk membuat hasil kerja semaksinal mungkin, juga memanfaatkan sarana bantu, alat dengan mengenali dan tetap fokus pada tujuan, membuat prioritas, membuat to-do-list, tetap fleksibel, persiapan yang matang, mengetahui waktu produktif kita, memakai kalender sebagai pengingat, istirahat yang cukup, mengasah kemampuan komunikasi; dan rutin mengulas pekerjaan (evaluasi).
Ketiga, bekerja dengan tuntas. Artinya, sampai selesai, total. Tidak setengah-setengah.
Keempat, bekerja dengan ikhlas. Artinya, mempersembahkan segala sesuatu (entah apa pun dan bagaimana hasil akhirnya: gagal atau sukses) yang telah kita kerjakan bersama dan untuk kemanusiaan dan Tuhan sendiri.
Inilah salah satu arti dan makna mengasihi dengan perbuatan dan dalam kebenaran. Sebab di dalam hal itulah diwujudkan siapakah diri kita dan apakah yang kita pertaruhkan serta kepada siapakah itu semua diserahkan.****