FSGM Memanggil

Redaksi
4 Min Read

Pada 22 – 25 Oktober 2012 yang lalu ke-6 FSGM (kongregasi suster-suster Fransiskanes dari St. Georgius Martir, red) yang akan mengucapkan profesi kekal pada Selasa, 27 November 2012 menyelesaikan “pendalaman kefransiskanan”. Ke-6 FSGM itu adalah Sr. M. Febriane, Sr. M. Isabella, Sr. M. Mariella, Sr. M. Amanda, Sr. M. Klarina, dan Sr. M. Alice. Pendalaman itu diantar dan ditemani oleh Sdr A. Eddy Kristiyanto, dan berlangsung di Susteran St. Fransiskus, Jl. Bangunan Barat, Kampung Ambon, Jakarta Timur. Dengan kegiatan ini, sekali lagi FSGM menampilkan panggilan yang bisa dimanfaatkan sebagai cermin bagaimana para Fransiskan memanaje cara hidup yang memprofesikan Injil Suci.

TIDAK LIBUR
Mengingat pendalaman kefransiskanan tersebut diselenggarakan pada hari-hari biasa alias TIDAK LIBUR, maka jadwal pertemuan diatur secara khusus. Pengaturan jadwal disesuaikan dengan waktu kosong pendamping. Hal itu berarti para FSGM diminta untuk fleksibel. Setiap hari ada tiga sesi. Masingmasing sesi berlangsung selama 90 menit. Adapun acara pendalaman itu diatur sebagai berikut.

Pada hari pertama dibahas Hidup Injili yang meliputi: pertobatan, doa dan kontemplasi, serta Ekaristi. Sedangkan Hidup Bersaudara, yang terdiri atas persaudaraan, salib, dan kegembiraan dikupas pada hari kedua. Perihal Hidup Rasuli, yang memuat bekerja, minoritas, misi dan evangelisasi, didalami pada hari ketiga. Hidup Bakti yang digelar pada hari terakhir meliputi profesi religius ketaatan, hidup tanpa milik, dan kemurnian.

Dengan kegiatan bersama FSGM ini, saya kemudian kian terdorong untuk mendalami pokok-pokok tersebut. Selain itu, mengikhtiarkan bagaimana gagasan Fransiskus dan Fransiskan dapat dipresentasikan secara tepat guna dan benar, tentu, merupakan tantangan yang menarik.

Hanya saja dalam refleksi saya muncul penegasan berikut. Akhir-akhir ini saya melakukan loncatan-loncatan salto, bagaikan akrobat. Bagaimana tidak? Studi saya terutama berkenaan dengan Sejarah Gereja, tetapi di lapangan selain menangani bidang Sejarah Gereja, saya juga meloncat ke bidang lain, misalnya Spiritualitas, Liturgi, Sosial Politik, Teologi Dogmatik. Dengan loncatan itu saya hanya mau menegaskan bahwa Sejarah Gereja, kendati merupakan studi “minor”, sesungguhnya tidak tergantikan. Ilmu itu dapat masuk ke pelbagai bidang seluas Gereja dan Dunia.

FORMASIO YANG BAGUS
Pendalaman kefransiskanan di Kampung Ambon ini untuk kesekian kalinya menyingkapkan kepada saya, bahwa preparasi dan formasio inisial FSGM berada pada lajur yang tepat dan kokoh. Semua dilaksanakan dengan sungguh!
Bukan hanya itu, mereka ini bagaikan “ikan-ikan yang lapar, yang segera menyambut saat dilempari pelet”. Mereka menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saya lembarkan. Sebagian terbesar jawaban mereka benar. Hal ini menyatakan bahwa mereka tahu, paham, aktif, mengupgrade diri. Bisa jadi, hal itu juga berhubungan dengan kualitas intelektual suster-suster muda FSGM tersebut.

Selama tidak ada konferensi, mereka saya beri tugas untuk menulis refleksi. Panjang refleksi sekurang-kurangnya dua halaman. Setelah saya membaca refleksi mereka dengan saksama, saya berksan bahwa orang-orang muda itu mengerti, mendalam, runtut (logis), dan jujur. Refleksi semcam itu tidak bisa tidak mengekspresikan diri, pergumulan, mimpi, cita-cita dan harapan yang berjalan dalam pribadi yang mau mengusahakan yang terbaik dalam pelayanan kepada Tuhan dalam diri sesama.

Akhirnya, kepada FSGM dihaturkan terimakasih, terutama karena sudah dan terus memberikan teladan yang terbaik bagaimana merawat, mengelola, mempertanggungjawabkan panggilan suci-Nya.

Kontributor: A. Eddy Kristiyanto, OFM

berita

Share This Article