Sore di Hotel Aston, Pontianak, Kalimantan Barat, suasana sangat semarak. Di halaman depan hotel tampak orang-orang muda dengan sigap dan ramah menyambut dan mengantar para tamu undangan menuju tempat Konvensi Nasional (Konvenas) XIV Pembaruan Karismatik Indonesia, yang malam itu digelar, Kamis, 27/9.
Usai regristrasi, sekitar pukul 17.00 WIB para peserta membaur dalam doa dan puji-pujian serta prosesi perarakan vandel BPK peserta. Dilanjutkan Misa Pembukaan yang dipimpin oleh Uskup Agung Pontianak Mgr. Agustinus Agus. Didamping Episcopal Advisor BPN PKK Indonesia Mgr. H. Pidyarto Gunawan O.Carm dan Uskup Banjarmasin Mgr. Petrus Boddeng Timang beserta 69 imam.
Sejak pertama kali Konvenas diadakan pada tahun 1981 di Jakarta, kegiatan ini menjadi acara rutin yang digelar setiap tiga tahun sekali. Menariknya, konvenas selalu dapat menghadirkan nuansa yang berbeda-beda pada setiap pelaksanaannya.
Perayaan Ekaristi malam itu sangat kental dengan nuansa adat Tionghoa, dari alunan musik band pengiring hingga pakaian para penerima tamu panitia konvenas. Semua berbaur dengan keanekaragaman busana adat daerah yang digunakan oleh masing-masing peserta tiap-tiap kota. Para peserta itu sudah mempersiapkan diri untuk tampil pada malam keakraban. Setiap BPK mempersembahkan penampilan tarian budayanya.
Usai Misa Kudus diadakan pemukulan genderang oleh Mgr. Agustinus Agus, Mgr. Pidyarto O.Carm, dan panita, tanda Konvenas XIV resmi dimulai, yang diiringi pertunjukkan barongsai dan Tarian Cindayu, tarian kolaborasi tiga etnis besar Kalimantan Barat yakni: Tionghoa, Dayak, dan Melayu.
Hari-hari berikut setiap peserta mengikuti sesi ceramah umum dengan narasumber: Michelle Moran, Rm. Yohanes Indrakusuma CSE, dan Vincensius Tjahjono. Para peserta juga dipersilakan untuk memilih lokakarya baik lokakarya umum mau pun OMK, yang dibagi dalam beberapa kelas.
Acara penutupan Konvenas XIV berlangsung meriah. Misa penutup dipimpin oleh Uskup Ketapang Mgr. Pius Riana Prapdi. Didampingi oleh Mgr. Pidyarto Ocarm dan Pastor Paroki Katedral Pontianak Romo Alexius Alex.
Mulai dari misa penutupan yang diiringi paduan suara dan orchestra, hingga pembagian doorprize dengan hadiah utama ziarah ke Holy land. Acara Konvenas XV, terplih BPK PKK Keuskupan Agung Semarang yang akan menjadi tuan rumah.
Membangun Dunia
Pembaruan Karismatik Katolik merupakan salah satu dari sekian banyak pembaruan dalam Gereja Katolik. Lahirnya pembaruan ini tidak terlepas dari rahmat yang kita terima dari Konsili Vatikan II (1962-1965). Dua tahun setelah Konsili Vatikan II lahirlah Pembaruan Karismatik Katolik.
Bermula dari beberapa mahasiswa Katolik Duquesne University yang merindukan pengalaman akan Allah lewat pencurahan Roh Kudus dengan menyenandungkan hymne Veni Creator Spiritus dan mereka mengalami kehadiran Allah dalam hidup mereka, maka pengalaman akan Allah ini dibagikan dan tersebar ke seluruh dunia hingga hari ini.
Mgr. Agustius Agus mengatakan, terpilihnya Keuskupan Agung Pontianak menjadi tuan rumah tahun ini, merupakan sebuah anugerah dan berkat. Sebagaimana pesan Paus Fransiskus, bagikanlah rahmat pembaruan ke segala penjuru dunia, yang artinya membagikan rahmat pembaruan dalam bingkai kebinekaan tanpa membeda-bedakan.
Semangat pelayanan harus terjadi di paroki masing-masing. Apalagi setelah mengikuti kegiatan ini, pelayanan kita harus semakin dikobarkan oleh api roh kasih Kristus yang terus-menerus membarui muka bumi.
Dengan tegas Uskup Agus meminta agar Kelompok Karismatik jangan menjadi kelompok elit, tetapi ke luar dan jangan menutup mata. Karena dunia saat ini penuh kelesuan dan banyak orang muda terperangkap dalam kenikmatan seperti narkoba. Dampingilah keluarga-keluarga. Meski perbuatan baik kita terkadang sia-sia, tetapi kita harus yakin, dengan iman, Tuhan yang akan menambahkan semuanya.
Konvenas Karismatik kali ini sangat istimewa. Mengapa? Karena baru saja merayakan ulang tahun emas atau Golden Jubilee Pembaruan Karismatik Katolik pada tahun 2017 yang lalu. Tema Konvenas, Bagikanlah Rahmat Pembaruan, ini merupakan jawaban atas permintaan Bapa Suci untuk membagikan rahmat Roh Kudus kepada Gereja.
Untuk itu, Koordinator BPN PKK Indonesia Endie Rahardja,mengajak semua peserta untuk semakin giat mengadakan Seminar Hidup dalam roh bagi umat yang belum pernah mengikutinya, agar semakin banyak orang Katolik yang mengalami pembaruan dalam hidupnya dan menjadi saksi Kristus untuk mewartakan Injil dan ikut terlibat dalam pelbagai kegiatan Gereja.
Senada yang disampaikan Mgr. H. Pidyarto Gunawan O.Carm, atas nama para uskup seluruh Indonesia, hendaknya Pembaruan Karismatik sebagai anugerah. Anugerah itu harus baik dan berguna. Maka, Gerakan Karismatik harus menjadi penunjang, pemersatu dan membangun Gereja, bukan malah pemecahbelah. Acara ini diikuti 1.211 peserta dari seluruh Keuskupan Indonesia, dan dari luar negeri yakni: Sarawak, Sabah, dan Timor Leste. Keuskupan Tanjungkarang sendiri ada 47 orang, didampingi Moderator Kerasulan Doa Keuskupan Tanjungkarang Rm. Dhani Indrata SCJ dan RD. Th. Aq. Imam Mursid. ***
Fransiska FSGM