Lagu-lagu Maria mengalun lembut mengiringi proses pembakaran kertas berisi ujud doa, di Gua Maria, Padangbulan, Minggu, 28 Oktober 2018.
Api semakin tinggi dan kertas-kertas itu semakin lebur terbakar menjadi satu dalam doa-doa yang dipanjatkan dalam iman dan harapan. Segala rasa syukur dan permohonan dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dengan perantaraan Bunda-Nya, Maria.
Sore itu Gua Maria Padangbulan tampak semarak. Rangkaian mawar indah menghiasi Gua Maria dan sekitar altar. Perayaan Ekaristi Seribu Mawar sekaligus menutup bulan rosario ini dipimpin oleh Moderator Kerasulan Doa Keuskupan Tanjungkarang Rm. Dhani Indrata SCJ dan didampingi oleh RD. B. Budi Widiyanto. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Persekutuan Doa Karismatik Katolik (PDKK) Keuskupan Tanjungkarang yang dihadiri sekitar 300 umat. Mereka adalah PDKK Katedral, Telukbetung, Kedaton, Metro, Panutan, Sribawono, dan PDKK anak muda.
Di akhir perayaan satu demi satu umat dipersilakan mengambil bunga mawar yang sudah diberkati dan menancapkannya di tempat-tempat yang telah disediakan. Lagu-lagu Maria pun terus dilantunkan. Begitu agung… menyentuh hati sanubari… “Momen ini mengingatkan saya untuk senantiasa melibatkan Bunda Maria dalam hidup saya yang kadang terlupakan,“ aku seorang ibu dengan menghapus setetes air mata yang sempat turun di pipinya.
Koordinator Badan Pelayanan Propinsi Gerejawi Sumatera bagian Selatan, Mergilia Merlin mengatakan, tujuan kegiatan ini adalah untuk mengingat dan menghormati Bunda Maria. Selain itu juga bersyukur atas penyertaan Bunda Maria. “Kegiatan ini sudah lama dirindukan. Tidak ada yang baru. Ini hal yang biasa, tetapi kami kemas dengan persembahan seribu mawar dan ujud doa,” ujar Merlin.
Senada yang dikatakan Koordinator BPK, B. Purwanto kegiatan ini merupakan ungkapan cinta, sekaligus pujian dan penyembahan kepada Bunda Maria sebagai Bunda Gereja dan Bunda Allah, maka harus disiapkan dengan hati suci dan penuh kegembiraan. ***
Fransiska FSGM