Pertemuan Para Uskup Regio Sumatera berlangsung di rumah uskup, Pahoman, Bandarlampung, Senin, 25-27 April 2017.
Pertemuan itu dihadiri oleh: Uskup Keuskupan Agung Medan, Mgr. Anicetus Bongsu Antonius Sinaga OFMCap, Uskup Keuskupan Sufragan Sibolga, Mgr. Ludovikus Simanullang OFMCap, Uskup Keuskupan Sufragan Padang, Mgr. Martinus D. Situmorang OFMCap, Uskup Keuskupan Agung Palembang, Mgr. Aloysius Sudarso SCJ, Uskup Keuskupan Sufragan Tanjungkarang dan Adm. Apostolik Keuskupan Sufragan Pangkal Pinang, Mgr. Yohanes Harun Yuwono, Vikjen Keuskupan Pangkal Pinang, Rm. Nugroho Krisusanto SS.CC, dan Sekretaris Uskup Keuskupan Agung Palembang, RD FX Edy Prasetya.
Pertemuan tahunan regio ini adalah pertemuan para uskup di mana dua keuskupan agung bertemu. Untuk Regio Sumatera: Keuskupan Agung Medan dengan sufragannya: Keuskupan Sibolga dan Keuskupan Padang. Dan, Keuskupan Agung Palembang dengan sufragannya: Keuskupan Tanjungkarang dan Keuskupan Pangkalpinang. Para uskup ini berkumpul untuk berfikir bersama mengenai Gereja Sumatera ke depan. Diharapkan, dengan dialog ini dapat mempermudah kerjasama di berbagai bidang pastoral.
Menurut ketua pertemuan, Mgr. Al. Sudarso SCJ, pertemuan ini mengevaluasi hasil pertemuan regio tahun lalu, khususnya mengenai pastoral keluarga yang juga dihadiri oleh para pemimpin kongregasi. Selain itu juga membahas rencana-rencana ke depan, salah satunya tentang Seminari Tinggi St. Petrus, Pematangsiantar, seminari untuk regio Sumatera. Para uskup berkomitmen untuk semakin mengembangkan seminari ini. “Kami membicarakan mengenai kebutuhan praktis misalnya, pengaspalan jalan, transportasi mobil, dan juga tenaga-tenaga pengajar yang harus disiapkan,” ujar Mgr. Sudarso SCJ, yang berkenan ditemui di rumah uskup usai pertemuan.
Karena menjadi tuan rumah, maka Keuskupan Tanjungkarang diberi kesempatan untuk menginformasikan rencana pastoral yang sebentar lagi akan digelar, yakni Perpasgelar III. Kemudian, meminta tanggapan dari para uskup. “Kami mendukung dan memberi masukan-masukan.”
Potensi kehadiran Gereja di Sumatera Selatan ini sangat besar, maka Perpasgelar harus diseriusi. Nah, supaya ada pembaruan, perlu ada tim yang bersama-sama pastor untuk mengelola paroki dan terus-menerus memonitoring hasil Perpasgelar III itu. Tim inilah yang menjadi menjembatani antara pastor paroki dan umat, tegas Mgr. Darso.
Para uskup berharap, Gereja Lampung semakin keluar, menyentuh sisi-sisi kemanusiaan yang lebih luas, tidak hanya sibuk, semakin eksis serta marak kegiatan di tingkat internal saja. Kaum awam, yang menjadi ujung tombak Gereja, diharapkan mampu hadir dan memberi warna di tengah kaum mayoritas. Dengan demikian, Gereja Keuskupan Tanjungkarang semakin mengakar di bumi Lampung dan menjadi saksi bagi dunia. *** (M. Fr).