Laki-laki itu bernama Anselmus Munawi (71). Orang-orang biasa memanggilnya, Mbah Nawi. Pagi itu, 18 Agustus 2019, Mbah Nawi akan bersyukur bersama seluruh umat di tempat itu, atas pendampingan Tuhan selama 25 tahun bagi Gereja St. Maria Assumpta, Bumi Dipasena, Kecamatan Rawajitu. Apalagi Perayaan Syukur itu akan dipimpin oleh Uskup Tanjungkarang Mgr. Yohanes Harun Yuwono.
Mbah Nawi adalah salah satu pionir yang menjadi cikal bakal Dipasena, Paroki Mesuji. Selain Mbah Nawi, adalah: Gatot, Jemingin, Haryanto, Yatno (alm), Viktor, Faisal, Eko, Anita, Harto, Sulistanto, Taulin, Adi Santoso, Andi Laurentius, Yes, Rm. Ciptaharsaya SCJ, Syahiro, dan Barno.
“Seiring waktu rahmat Tuhan luar biasa!” begitu ujar Mbah Nawi sambil tersenyum. Lalu, ia mengenang masa lampau yang penuh lika-likunya. Tahun 1989, jumlah umat di stasi ini 14 KK. Mbah Nawi bersama teman-teman seperjuangannya mencari umat lewat birokrasi pejabat desa. “Saya berjalan dari desa ke desa, rasanya sampai nangis… “ Tahun 1990-1991 jumlah umat meningkat mencapai 80 KK dan mereka adalah pendatang.
Seminggu sekali, lanjut Mbah Nawi, kami mengadakan ibadat di ruangan-ruangan kantor yang kosong, harinya lain-lain, tergantung situasi. Dulu itu kalau kami ingin mendapatkan pelayanan Ekaristi, mendatangkan Rm. Ciptaharsaya SCJ (alm) dari Paroki Daya Murni, tetapi harus ada surat izin dari kantor pemerintahan. Berkat perjuangan mereka, akhirnya sebulan sekali stasi ini mendapat pelayanan Ekaristi tanpa surat izin lagi dan diadakan di kantin blok IV, dipimpin Rm. Ciptaharsaya SCJ dan Rm. A. Sumardi SCJ.
Mulai tahun 1995, gereja mulai dibangun meski penuh tantangan. Saat itu ada 100 KK. Jumlah umat di stasi ini mengalami pasang surut. Dan, di tahun 2019 ini berjumlah 106 KK.
Perjuangan besar telah dialami Mbah Nawi dan teman-temannya. Mereka tak lagi memikirkan diri mereka sendiri. “Saya awam, tidak punya gelar apa-apa, tetapi dipakai Tuhan,” lanjut Mbah Nawi yang lahir di Kudus, 1 Agustus 1948 ini.
Sebelum Perayaan Syukur, Mgr. Yohanes Harun Yuwono memberkati patung Maria Assumpta di depan pekarangan gereja. Lalu patung Maria Assumpta itu diarak diiringi lagu Nderek Dewi Maria dan Maria Segala Bangsa, ke luar kompleks gereja hingga memasuki gedung gereja yang akan diberkati.
Pesta Perak Gereja St. Maria Assumpta ini bertepatan dengan Pesta St. Perawan Maria diangkat ke surga. Dalam kotbahnya Uskup Harun mengatakan ada dogma/ajaran iman dari Bapa Suci, yang tidak boleh dibantah tetapi hanya diimani tentang Maria. Pertama, Maria melahirkan Putra Allah, tetapi dia tetap perawan. Kedua, Maria itu Bunda Allah, sebab yang dilahirkan adalah Putra Allah. Ketiga, Maria dikandung tanpa noda.
Uskup juga meminta kepada umat agar tidak mengurangi semangat bila sedikit yang hadir saat Ekaristi. “Berkat Tuhan akan terus melimpah lewat Bunda Maria,” tegas Uskup.
Usai Perayaan Ekaristi dilanjutkan dengan ramah tamah. Hadir Perwakilan Forum Komunikasi antar umat beragama (muslim), Penatua Gereja Indonesia Bagian Barat dan Penatua Gereja Pantekosta di Indonesia.
Pastor Paroki Mesuji A. Sukadi SCJ dalam kata sambutannya, menceritakan bagaimana ia menyaksikan umatnya membangun pilar Gereja lewat komunio, persekutuan, kesaksian, dan pelayanan, nampak dalam persiapan perayaan 25 tahun stasi ini.
Lima bulan yang lalu, hanya satu atau dua orang yang mau bekerja. Padahal umatnya 106 KK. Tetapi dua atau tiga minggu terakhir, hampir seluruh umat bergerak dan bergotong royong penuh semangat, karena punya hajatan besar. Ini luar biasa. “Di situlah saya menyaksikan bagaimana dinamika hidup sebagai Gereja untuk menghidupkan persekutuan itu dalam memberikan kesaksian dan pelayanan, tetapi juga lewat penghargaan,” ujar Rm. Sukadi SCJ.
Ia meniru perkataan Rm. Joni SCJ yang pernah mengatakan, Paroki Tulang Bawang itu pinggiran, Mesuji itu intipnya neraka. Itu untuk membahasakan bagaimana para romonya bekerja keras melayani umat di paroki Mesuji. “Tetapi kami menikmatinya dengan sukacita dan kegembiraan,” tutur Rm. Sukadi SCJ sambil tersenyum.
Usai sambutan-sambutan diadakan penandatangan prasasti oleh Uskup Yuwono dan pemotongan tumpeng sebagai tanda ucapan syukur. Keuskupan Tanjungkarang memberikan tanda kasih sebuah monstrans untuk Stasi St. Maria Assumpta, Dipasena ini. Monstrans adalah wadah yang digunakan untuk memajang Hosti Ekaristi yang sudah dikonsekrasi dalam upacara Adorasi Ekaristi atau Pemberkatan Sakramen Maha Kudus. ***
M. Fransiska FSGM
[Best_Wordpress_Gallery id=”94″ gal_title=”Sasi Dipasena”]